Posts

Ada Harga Ada Rupa… Ini Bukan Iklan Lho

Image
  Pada hari Minggu, 14 Desember 1997, saya dan 23 wartawan Seksi Hankam/ABRI dari berbagai media cetak dan elektronik mendapatkan brevet selam dari TNI AL di Resor Wisata Pulau Sepa, Kepulauan Seribu. Brevet itu didapat setelah saya dan 23 wartawan itu menyelesaikan Program Latihan Dasar Selam Angkatan Ke-3 Mabes TNI AL Khusus Wartawan selama dua minggu.    Penyematan brevet dilakukan oleh Sekretaris Dinas Penerangan TNI AL Kolonel Adi Winarso. Namun, sebelumnya, para wartawan mengambil sendiri brevet-nya pada kedalaman 40 kaki (12,2 meter). Pagi itu, dengan perasaan bangga saya lengkap dengan peralatan SCUBA (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus) atau Perangkat Bernapas Bawah Air yang Berdiri Sendiri, menyelam ke kedalaman 40 kaki dan mengambil brevet dari petugas yang menunggu di sana. Setelah menerima brevet dan mengecek alat penunjuk kedalaman, saya terkejut melihat bahwa saya lupa melepaskan jam tangan saya, Omega Constellation, yang lumayan mahal. Saya pi...

Toyota Raize dan Daihatsu Rocky, Buat SUV 1.0 Liter Turbo Jadi Ramai

Image
 Kolaborasi antara Toyota dan Daihatsu terus berlanjut. Setelah Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia pada tahun 2003, dilanjutkan dengan Toyota Rush dan Daihatsu Terios tahun 2006, lalu Toyota Agya dan Daihatsu Ayla tahun 2012, kemudian Toyota Calya dan Daihatsu Sigra tahun 2016, serta pada tanggal 30 April 2021, Toyota Raize dan Daihatsu Rocky.                     Toyota Raize                                                                          Daihatsu Rocky     Toyota Raize dan Daihatsu Rocky adalah sport utility vehicle (SUV) subcompact yang menyandang mesin 1.0 Liter, 3 silinder, yang dilengkapi turbocharger . Khusus untuk Toyota Raize, tersedia model yang menyandang mesin 1.2 Liter non turbo ( naturally a...

Selamat Jalan Pak Sayidiman

Image
  Turut berduka atas kepergian Letnan Jenderal (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo (93), salah seorang pemikir dari kalangan TNI, pada hari Sabtu, 16 Januari 2021, sore. Saya pertama kali mengetahui Bapak Sayidiman Suryohadiprojo pada saat saya menemani rekan saya, wartawan Kompas Chris Pudjiastuti, meliput ceramahnya tentang bangsa Jepang di Gedung Kebangkitan Nasional, Jakarta, 26 November 1983. Beritanya dimuat pada tanggal 29 November 1983, dengan judul ”Menurut Bekas Dubes Sayidiman, Solidaritas Bangsa Jepang Merupakan Kekuatan dan Sekaligus Kelemahan”.  Pada saat itu, saya belum satu tahun menjadi wartawan Kompas, usia saya 27 tahun. Pada tanggal 21 Desember 1983, saya diminta oleh Wakil Redaktur Pelaksana Robby Sugiantoro untuk mewawancarai Bapak Sayidiman tentang hasil pemilihan umum di Jepang. Saya pun langsung membuat janji temu untuk mewawancarainya di kediamannya.  Saya ingat pada saat itu saya mengenakan celana jins biru dan kaus polo putih. Sesampai di kediama...

Nostalgia: Mengikuti Penarikan Mundur Tentara Vietnam dari Kamboja

Image
Pada hari Kamis, 21 September 1989, sore, ada berita dari kantor berita asing menyebutkan bahwa Vietnam menarik mundur 26.000 tentaranya dari Kamboja. Melihat berita itu, Redaktur Pelaksana Robby Sugiantoro memanggil saya, dan meminta saya ke Kamboja untuk meliput peristiwa itu. Pulang kantor, saya menyiapkan pakaian seperlunya dan mesin ketik baterai dalam ransel sehingga saya mudah bergerak ke mana-mana. Keesokan harinya, saya berangkat ke Bangkok, Thailand. Saya harus bermalam di Bangkok, karena satu-satunya pesawat ke Phnom Penh, Kamboja, berangkat dari Bangkok siang hari, sementara pesawat Jakarta-Bangkok berangkat dari Jakarta pada sore hari. Pada hari Sabtu, 23 September 1989, siang, saya tiba di Phnom Penh. Semula saya berniat menginap di Monorom Hotel, Phnom Penh. Dengan PD (percaya diri), saya menuju ke Monorom Hotel. Namun, sesampainya di sana, ternyata hotel penuh. Dan, dari petugas hotel diinformasikan bahwa semua hotel di Phnom Penh penuh. Waduh mau nginep di mana ini? ...

Nostalgia: Peliputan yang Paling Menegangkan

Image
  Usai Rapat Redaksi Jumat pagi, 4 Juli 1997, Pak Jakob Oetama memanggil saya, dan meminta saya pergi ke Kamboja untuk meliput krisis politik yang berkembang menjadi konflik bersenjata. Pemilihan Umum (Pemilu) Kamboja yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Transisi PBB di Kamboja (UNTAC—UN Transitional Authority in Cambodia) tahun 1993 menyisakan persoalan. Yang menang dalam pemilu Pangeran Ranariddh, sementara Hun Sen sebagai penguasa de facto di Kamboja tidak mau menyerahkan kekuasaan. Akhirnya dibentuklah pemerintahan yang menggabungkan keduanya. Ranariddh menjadi Perdana Menteri (PM) I dan Hun Sen menjadi PM II. Namun, ketegangan antara keduanya terus meruncing, dan empat tahun sesudahnya menjadi konflik bersenjata. Pada hari Sabtu hingga Senin, 5-7 Juli 1997, konflik bersenjata antara tentara Pangeran Ranariddh dan tentara Hun Sen terjadi di Bandar Udara (Bandara) Internasional Phnom Penh , Pochentong, dan sekitarnya. Pangeran Ranariddh menuduh Hun Sen berencana melakukan kud...

Hanya Tiga Negara yang Bisa Kirim Orang ke Luar Angkasa

Image
  TIDAK salah jika sejak Perang Dunia II ditetapkan bahwa ada tiga negara adikuasa, yakni Amerika Serikat (AS), Uni Soviet (kini, Rusia), dan China. Namun, yang berhadapan frontal adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet, sementara China berperan sebagai pengimbang. Pada Perang Dunia II, China merupakan bagian dari Sekutu. Namun, dalam Perang Dingin, menyusul Perang Dunia II, China yang komunis menjadi sekutu Uni Soviet. Pada tahun 1971, pada Kejuaraan Dunia Pingpong di Nagoya, Jepang, 28 Maret-7 April, atlet pingpong AS, Glenn Cowan, tidak sengaja masuk ke dalam bus yang berisi pemain pingpong China. Semua pemain China jengah. Namun, salah satu pemain andalan China, Zhuang Zedong, mendekati Cowan, bersalaman dan berbincang-bincang (dengan bantuan penerjemah). Momen itu diabadikan oleh para fotografer. Ketika foto itu beredar, pemimpin tertinggi China Mao Zedong (dulu, Mao Tse-tung), yang akrab disapa Ketua Mao, melihatnya sebagai kesempatan (peluang) untuk mendekati AS. Beberapa ha...

Cerita Masa Lalu: Sukses Mewawancara, Gagal Mengirim Berita

Image
Pada saat melakukan peliputan, terutama upaya untuk bertemu dengan sumber berita, prosesnya tidak selalu mudah. Jika di dalam negeri, keadaannya lebih mudah karena nama besar Kompas sangat membantu. Namun, saat kita bertugas di luar negeri, keadaannya menjadi sangat berbeda. Bertemu dengan sumber berita itu merupakan tantangan tersendiri. Kadang kita harus berpikir cepat dan kreatif untuk dapat bertemu dengan sumber berita. Seperti yang saya alami saat berusaha mewawancarai Maradona. (Selamat jalan Maradona, Facebook). Hal yang hampir sama terjadi saat saya berada di Phnom Penh, Kamboja, 16 Februari 1989 dan bermaksud mewawancarai Perdana Menteri (PM) Hun Sen. Kadang kita sudah berpikir cepat dan kreatif tetapi tetap saja gagal, tiba-tiba kesempatan itu bagaikan jatuh dari langit, seperti saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Vietnam Nguyen Co Tach pada akhir tulisan. Pada hari Kamis, 16 Februari 1989, saya baru tiba di Phnom Penh dari Ho Chi Minh City (dulu, Saigon), Vi...