Kemajuan Teknologi Informasi 40 tahun terakhir
Kemajuan teknologi informasi itu sedemikian cepat sehingga sangat memudahkan wartawan dalam bekerja. Sekarang, dengan bermodalkan satu smartphone (telepon pintar) seorang wartawan dapat mengirimkan berita berikut fotonya dalam hitungan detik.
Kalau kita mundur 40 tahun ke
belakang pada awal tahun 1980-an, proses pengiriman berita memerlukan waktu paling
sedikit 30 menit, dan pengiriman foto dilakukan melalui pos kilat yang
memerlukan waktu satu sampai dua hari. Kalau ada penerbangan Garuda Indonesia langsung
dari kota tempat kita bekerja ke Jakarta, maka kita bisa menitipkannya pada
pilot, dan kurir akan mengambilnya di
bandar udara.
Mengapa pengiriman berita lama,
karena pada awal tahun 1980-an, pengiriman berita dilakukan dengan teleks, yang
menggunakan gelombang suara, seperti telegram. Untuk mengirim berita, naskah beritanya
harus diketik lebih dulu di mesin teleks sehingga menghasilkan pita khusus
selebar 1 sentimeter (cm), yang panjangnya sesuai dengan panjang atau pendeknya
berita yang mau kita kirim. Kalau mesin teleksnya menggunakan mesin ketik berbasis
bahasa Inggris, maka semuanya menjadi mudah. Namun, kalau mesin ketik teleksnya
menggunakan basis bahasa Jerman maka proses pengetikannya menjadi lama karena letak
huruf-hurufnya berbeda dengan mesin ketik berbasis bahasa Inggris. Belum lagi naskah
beritanya banyak salah ketiknya sehingga banyak coretan dan banyak tulisan repeat (diulang).
Setelah pengetikan berita selesai,
dan hubungan dengan mesin teleks di kantor Redaksi Kompas di Jakarta berhasil dilakukan, barulah pita khusus tadi dipasang
di mesin teleks dan proses pengiriman dimulai. Hasil yang keluar di mesin
teleks di kantor Redaksi berupa ketikan naskah berita di kertas gulung selebar
21 cm. Setelah naskah berita selesai terkirim, kertas gulung disobek sesuai
dengan panjang beritanya. Dari sana, naskah berita itu dibawa ke bagian setting, untuk diketik ulang dan dicetak
di kertas khusus berukuran satu kolom surat kabar, selebar 3,3 cm. Biasanya
proses pengetikan ulang memerlukan waktu 10-15 menit, tergantung dari panjang atau
pendek berita.
Pada masa itu, sangat penting bagi wartawan untuk mengecek di mana saja lokasi mesin teleks, berikut jam operasionalnya. Karena setelah selesai mengetik berita di hotel atau di press room, kita harus berjalan kaki atau naik taksi ke kantor teleks terdekat. Kalau di Filipina tidak ada masalah karena ada banyak sekali tempat yang menyediakan mesin teleks, seperti warnet, yang beroperasi selama selamat 24 jam. Kalau di negara komunis seperti Vietnam, Kamboja dan Laos pada tahun 1980-an, kantor teleks hanya buka hingga pukul 18.00. Dengan demikian, jika kita ingin mengirimkan berita di atas pukul 18.00, kita harus menggunakan fasilitas teleks Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Dan, KBRI akan menghubungi kantor pusat teleks dan menginformasikan akan mengirimkan teleks antara pukul 22.00-23.00. Namun, KBRI hanya terdapat di Vietnam dan Laos. Pada saat itu, Indonesia tidak memiliki KBRI di Phnom Penh.
Pada pertengahan tahun 1980-an, sekitar
tahun 1986, pengiriman berita dilakukan dengan mesin faksimile (facsimile), yang proses pengirimannya bisa
digambarkan mirip pengiriman jarak jauh antara dua mesin photocopy dengan menggunakan saluran telepon. Jadi wartawan
mengetik berita di kertas naskah berita (atau kertas biasa), lalu dengan mesin faksimile
naskah berita itu di-photocopy, dan
hasil photocopy-nya diterima di mesin
faksimile di kantor. Prosesnya sangat singkat hanya memerlukan waktu 1-2 menit
per lembar. Namun, sama seperti pengiriman dengan teleks, naskah berita harus
dikrim ke bagian setting untuk
diketik ulang dan dicetak pada kertas khusus berukuran satu kolom.
Sementara, sejak tahun 1986, foto
dikirim dengan mesin telephoto, yang
juga menggunakan saluran telepon. Pada awalnya, untuk mengirimkan foto, foto
harus dicetak terlebih dahulu dan hasil cetakannya dikirimkan ke mesin penerima.
Kemudian, Nikon mengeluarkan mesin telephoto
yang mengirimkan foto langsung dari film negatif saja. Jadi, foto tidak perlu
dicetak, cukup dicuci saja sehingga tidak perlu repot mencari tempat cuci cetak
foto. Mengingat untuk mencuci film dapat dilakukan sendiri di kamar hotel, dengan
menggunakan kantung hitam dan silinder pengembang (developer).
Mengirim berita dengan laptop
Pada akhir tahun 1980-an, proses
pengiriman berita dilakukan langsung dari laptop.
Pada awalnya, untuk melakukan diperlukan alat khusus seperti gagang telepon dan
dudukannya, yang dihubungkan ke laptop.
Namun, dengan adanya program crosstalk,
pengiriman berita dapat dilakukan langsung dari laptop dan desktop. Cukup
dengan menghubungkan laptop atau desktop itu dengan saluran telepon.
Jadi setelah kita selesai mengetik
berita di laptop atau di desktop, kita menghubungan laptop atau
desktop dengan saluran telepon. Kadang-kadang kabel sambungan antara leptop dan
saluran telepon, tidak ada, sehingga kita harus menyambungnya secara manual.
Itu sebabnya, kita selalu membawa gunting dan penjepit ke mana-mana untuk
melakukan pekerjaan tangan, ala MacGyver.
Setelah itu, kita mengontak komputer
penerima di kantor dengan program crosstalk,
dan mengirimkan berita ketika hubungan antara laptop atau desktop dan komputer
penerima tersambung. Lamanya proses pengiriman
berita 5-10 menit tergantung dari bagus atau tidaknya sambungan telepon.
Kalau pengiriman dilakukan dari
negara maju, maka prosesnya hanya memerlukan waktu 3-5 menit. Dengan
menggunakan program crosstalk, tidak
diperlukan proses setting. Naskah itu
bisa langsung diterima oleh mesin setting.
Itu berarti, proses pembuatan berita bisa dipangkas 10-20 menit. Sementara pengiriman
foto dengan telephoto tetap memerlukan
waktu 30 menit.
Pada tahun 2000-an, setelah jejaring
internet ditemukan. Proses pengiriman berita dan foto dapat dilakukan melalui
jejaring internet. Dalam hitungan detik. Proses pengirimannya lebih cepat dan biaya
pengiriman berita dan foto dapat ditekan drastis. Oleh karena hitungannya sama dengan
saluran telepon lokal. Dan, dengan ditemukannya Wi-Fi, jaringan akses broadband
nirkabel, pengiriman berita tidak memerlukan tempat pengiriman khusus karena
pengiriman berita dapat dilakukan dari mana saja, selama ada Wi-Fi.
Comments
Post a Comment