Yuri Gagarin, Neil Armstrong dan Apollo 13
Ada lima orang yang mempunyai pengalaman yang epik. Yang pertama adalah Yuri Alekseyevich Gagarin (1934-1968). Ia adalah penerbang Angkatan Udara dan kosmonot Uni Soviet (kini, Rusia). Pada tanggal 12 April 1961, Yuri Gagarin tercatat sebagai manusia pertama yang melakukan perjalanan dengan roket Vostok1 ke luar angkasa, mengitari orbit bumi satu kali selama 108 menit dan kembali ke bumi. Ia menjadi selibriti, dan kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Uni Soviet.
Bahwa ia memiliki nyali yang besar tidak ada yang
meragukannya karena itulah ia mendaftar menjadi kosmonot. Namun, menarik untuk
mengetahui, apa yang ada di benak Gagarin ketika ia akan melakukan suatu
perjalanan yang belum pernah dilakukan oleh siapapun di muka bumi? Bagaimana kalau
perjalanan itu tidak berjalan seperti yang direncanakan sehingga ia tidak bisa kembali
ke bumi, dan melayang-layang di luar angkasa yang tidak bertepi?
Namun, semua kekhawatiran itu tidak menghalangi dia
melakukan perjalanannya ke luar angkasa. Pengalaman yang akan dia dapatkan dari
perjalanan yang belum pernah dilakukan oleh siapapun itu lebih menggoda.
Sayangnya, Gagarin tidak sempat melihat manusia pertama yang
berjalan di bulan. Ia tewas pada tanggal 27 Maret 1968, ketika pesawat tempur
MiG-15 yang diterbangkannya jatuh. Saat itu, usianya 34 tahun.
Yang kedua adalah astronot Amerika Serikat Neil Alden Armstrong
(1930-2012). Pada tanggal 20 Juli 1969, Neil Armstrong menjadi manusia pertama
yang menapakkan dan melangkahkan kaki di permukaan bulan. Tidak pernah ada
manusia yang melakukan itu sebelumnya. Apa yang ada di benaknya, pada saat
pertama kali akan menapakkan kaki dan melangkah di permukaan bulan? Adakah
kekhawatiran di sana? Misalnya, bagaimana jika gravitasi bulan tidak cukup
kuat, dan tubuhnya melayang ke angkasa? Atau, bagaimana jika ada bagian permukaan
bulan yang seperti pasir isap (quicksand)?
Yang ketiga adalah tiga astronot Amerika Serikat, awak
Apollo 13, yang mengalami kerusakan di luar angkasa. Mereka adalah James Arthur
Lovell Jr sebagai pemimpin, serta John Leonard Swigert Jr sebagai penerbang command module (Odyssey) dan Fred Wallace
Haise Jr sebagai penerbang lunar module
(Aquarius). Jack Swigert pada saat-saat terakhir menggantikan
Thomas Kenneth Mattingly yang terkena campak Jerman (rubella).
Apollo 13 meluncur dari Kennedy Space Center, Florida, Sabtu,
11 April 1970. Pada jarak sekitar 320.000 kilometer dari bumi, atau tiga
perempat perjalanan menuju bulan, Selasa, 14 April 1970, pukul 03.00 GMT (10.00
WIB) Apollo 13 mengalami kerusakan, terjadi ledakan yang melumpuhkan pesawat
luar angkasa itu.
Sangat sulit membayangkan apa yang dirasakan ketiga astronot
Apollo 13 itu? Kita saja, jika sedang melakukan perjalanan ke luar kota dan tengah
malam mobil yang kita kendaraan rusak di daerah terpencil, sudah merasa seram.
Apalagi, ini, kerusakan fatal terjadi pada jarak 320.000 kilometer dari bumi,
dan ada kemungkinan mereka bertiga tidak bisa kembali ke bumi. Saya sendiri
pada tahun 1980an melakukan perjalanan tengah malam dari Salatiga menuju
Yogyakarta dan mengalami pecah ban di wilayah Kopeng, yang pada saat itu sepi
penduduk. Itu saja rasanya sudah tidak karuan, padahal ban serep ada, dongkrak
ada dan kunci-kunci lengkap. Itu masih di bumi, apalagi mereka yang berada
320.000 kilometer di luar bumi.
Tidak heran jika pejabat-pejabat NASA menyebut peristiwa
yang dialami Apollo 13 itu sebagai yang tergawat selama sejarah penerbangan
angkasa berawak manusia.
Mengandalkan Aquarius
Pada titik itu perjalanan ke bulan dibatalkan. Dan, berita
itu muncul sebagai berita utama (headline)
di Harian Kompas, Rabu, 15 April
1970, halaman 1, dengan judul besar ”Apollo 13” Batal Mendarat di Bulan.
Pesawat induk, Odyssey, yang sedianya akan membawa mereka ke
orbit bulan sudah lumpuh, dengan demikian mereka harus mengandalkan pesawat, Aquarius,
yang sedianya akan mengantar mereka ke bulan dan membawanya kembali ke bumi.
Persoalan lain, persediaan oksigen di dalam Odyssey menipis
karena ada kerusakan pada mesin penyedia oksigen. Dan, suhu di dalam Odyssey sangat
dingin, sekitar 1-3 derajat Celcius, mengingat pemanas tidak dapat dinyalakan
karena perangkat fuel cell sebagai penyedia
listrik utama di pesawat rusak parah.
Di bumi, tepatnya di NASA Mission Control Center di Houston,
di bawah pimpinan Eugene Francis ”Gene” Kranz, semua ahli berkumpul dan mencari
cara untuk membawa ketiga awak Apollo 13 kembali ke bumi dalam keadaan selamat.
Ken Mattingly yang digantikan oleh Jack Swigert, yang ternyata tidak terserang rubella, juga dipanggil untuk membantu.
Hitung-hitungan pun mulai dilakukan.
Kamis, 16 April 1970, pukul 04.40 GMT (11.40 WIB) Jim Lovell
berhasil menyalakan roket utama pesawat Aquarius dan melakukan manuver selama
15 detik dan menempatkan pesawat itu tepat di jalurnya untuk pulang ke bumi.
Untuk pulang ke bumi, pesawat itu harus meluncur menuju ke bulan dan memutari setengah
orbitnya dan menggunakan gaya lontarannya untuk menuju bumi.
Untuk menghemat oksige, Jim Lovell dan Fred Haise pindah ke
pesawat Aquarius sedangkan Jack Swigert bertahan di pesawat Odyssey, yang
suhunya dingin dan gelap karena semua lampu dipadamkan. Ia mengandalkan sinar
senter untuk melaksanakan tugas-tugasnya di Odyssey. Walaupun letih tetapi
ketiga astronot itu tetap tenang dan menunjukkan semangat yang tinggi.
Ketiganya beristirahat secara bergantian. Jim Lovell sempat mendengarkan
lagu-lagu favoritnya lewat pemutar kaset yang dibawanya.
Hitung-hitungan selesai dilakukan, dan diperhitungkan kapsul
yang membawa ketiga astronot itu akan mencebur di Samudera Pasifik selatan. Dan,
untuk memasuki atmosfer bumi, mereka harus melakukannya dengan sudut yang tidak
lebih besar dari 7,3 derajat dan tidak lebih kecil dari 5,6 derajat, pada suatu
tempat yang diberi nama jendela angkasa yang luasnya 64 kilometer persegi.
Jumat, 17 April 1970, pukul 08.00 GMT (15.00 WIB) mereka
dibangunkan oleh Houston, dan diberi tahu tugas-tugas yang harus dilakukan
sebelum memasuki atmosfer. Pada pukul
11.00 GMT (18.00 WIB), ketiga astronot meninggalkan pesawat Aquarius, dan
memasuki kapsul pendaratan. Pukul 12.33 GMT (19.33 WIB), pesawat melakukan perbaikan
arah yang terakhir.
Pukul 13.30 GMT (20.30 WIB), pesawat induk Odyssey dilepas.
Barulah mereka menyaksikan sendiri betapa hebatnya kerusakan yang dialami Odyssey. Dua
jam kemudian, pukul 15.30 GMT (22.30 WIB), kapsul pendaratan berpisah dengan
pesawat Aquarius, yang menjadi penyelamat mereka.
Jumat, pukul 18.07 GMT, atau Sabtu, pukul 01.07 WIB, dan 41
detik, kapsul pendaratan mencebur ke Samudera Pasifik selatan (sesuai dengan yang
diperhitungkan) sekitar 7 kilometer dari USS Iwo Jima, kapal induk helikopter,
yang memang telah menunggunya. Pesawat-pesawat helikopter segera terbang ke
lokasi untuk menjemput ketiga astronot itu.
Dengan menceburnya kapsul pendaratan itu di laut,
berakhirlah misi Apollo 13 yang berlangsung selama 5 hari, 22 jam, 54 menit dan
41 detik itu. Begitu kabar itu didengar, seluruh sirene dan lonceng-lonceng
gereja di Amerika Serikat menggema menyambut kedatangan mereka kembali ke bumi.
Apollo 13 gagal mendarat di bulan, tetapi astronotnya secara gemilang berhasil kembali ke bumi dengan selamat. Itu sebabnya, Apollo 13
disebut sebagai Kegagalan yang Sukses.
Pada tahun 1995, kisah Apollo 13 ini difilmkan dan diberi judul ”Apollo 13”. Dalam film ini, Jim Lovell diperankan oleh Tom Hanks, Jack Swigert (Kevin Bacon) dan Fred Haise (Bill Paxton). Film itu menarik dan layak ditonton.
Comments
Post a Comment