Posts

Showing posts from December, 2020

Nostalgia: Mengikuti Penarikan Mundur Tentara Vietnam dari Kamboja

Image
Pada hari Kamis, 21 September 1989, sore, ada berita dari kantor berita asing menyebutkan bahwa Vietnam menarik mundur 26.000 tentaranya dari Kamboja. Melihat berita itu, Redaktur Pelaksana Robby Sugiantoro memanggil saya, dan meminta saya ke Kamboja untuk meliput peristiwa itu. Pulang kantor, saya menyiapkan pakaian seperlunya dan mesin ketik baterai dalam ransel sehingga saya mudah bergerak ke mana-mana. Keesokan harinya, saya berangkat ke Bangkok, Thailand. Saya harus bermalam di Bangkok, karena satu-satunya pesawat ke Phnom Penh, Kamboja, berangkat dari Bangkok siang hari, sementara pesawat Jakarta-Bangkok berangkat dari Jakarta pada sore hari. Pada hari Sabtu, 23 September 1989, siang, saya tiba di Phnom Penh. Semula saya berniat menginap di Monorom Hotel, Phnom Penh. Dengan PD (percaya diri), saya menuju ke Monorom Hotel. Namun, sesampainya di sana, ternyata hotel penuh. Dan, dari petugas hotel diinformasikan bahwa semua hotel di Phnom Penh penuh. Waduh mau nginep di mana ini? ...

Nostalgia: Peliputan yang Paling Menegangkan

Image
  Usai Rapat Redaksi Jumat pagi, 4 Juli 1997, Pak Jakob Oetama memanggil saya, dan meminta saya pergi ke Kamboja untuk meliput krisis politik yang berkembang menjadi konflik bersenjata. Pemilihan Umum (Pemilu) Kamboja yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Transisi PBB di Kamboja (UNTAC—UN Transitional Authority in Cambodia) tahun 1993 menyisakan persoalan. Yang menang dalam pemilu Pangeran Ranariddh, sementara Hun Sen sebagai penguasa de facto di Kamboja tidak mau menyerahkan kekuasaan. Akhirnya dibentuklah pemerintahan yang menggabungkan keduanya. Ranariddh menjadi Perdana Menteri (PM) I dan Hun Sen menjadi PM II. Namun, ketegangan antara keduanya terus meruncing, dan empat tahun sesudahnya menjadi konflik bersenjata. Pada hari Sabtu hingga Senin, 5-7 Juli 1997, konflik bersenjata antara tentara Pangeran Ranariddh dan tentara Hun Sen terjadi di Bandar Udara (Bandara) Internasional Phnom Penh , Pochentong, dan sekitarnya. Pangeran Ranariddh menuduh Hun Sen berencana melakukan kud...

Hanya Tiga Negara yang Bisa Kirim Orang ke Luar Angkasa

Image
  TIDAK salah jika sejak Perang Dunia II ditetapkan bahwa ada tiga negara adikuasa, yakni Amerika Serikat (AS), Uni Soviet (kini, Rusia), dan China. Namun, yang berhadapan frontal adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet, sementara China berperan sebagai pengimbang. Pada Perang Dunia II, China merupakan bagian dari Sekutu. Namun, dalam Perang Dingin, menyusul Perang Dunia II, China yang komunis menjadi sekutu Uni Soviet. Pada tahun 1971, pada Kejuaraan Dunia Pingpong di Nagoya, Jepang, 28 Maret-7 April, atlet pingpong AS, Glenn Cowan, tidak sengaja masuk ke dalam bus yang berisi pemain pingpong China. Semua pemain China jengah. Namun, salah satu pemain andalan China, Zhuang Zedong, mendekati Cowan, bersalaman dan berbincang-bincang (dengan bantuan penerjemah). Momen itu diabadikan oleh para fotografer. Ketika foto itu beredar, pemimpin tertinggi China Mao Zedong (dulu, Mao Tse-tung), yang akrab disapa Ketua Mao, melihatnya sebagai kesempatan (peluang) untuk mendekati AS. Beberapa ha...

Cerita Masa Lalu: Sukses Mewawancara, Gagal Mengirim Berita

Image
Pada saat melakukan peliputan, terutama upaya untuk bertemu dengan sumber berita, prosesnya tidak selalu mudah. Jika di dalam negeri, keadaannya lebih mudah karena nama besar Kompas sangat membantu. Namun, saat kita bertugas di luar negeri, keadaannya menjadi sangat berbeda. Bertemu dengan sumber berita itu merupakan tantangan tersendiri. Kadang kita harus berpikir cepat dan kreatif untuk dapat bertemu dengan sumber berita. Seperti yang saya alami saat berusaha mewawancarai Maradona. (Selamat jalan Maradona, Facebook). Hal yang hampir sama terjadi saat saya berada di Phnom Penh, Kamboja, 16 Februari 1989 dan bermaksud mewawancarai Perdana Menteri (PM) Hun Sen. Kadang kita sudah berpikir cepat dan kreatif tetapi tetap saja gagal, tiba-tiba kesempatan itu bagaikan jatuh dari langit, seperti saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Vietnam Nguyen Co Tach pada akhir tulisan. Pada hari Kamis, 16 Februari 1989, saya baru tiba di Phnom Penh dari Ho Chi Minh City (dulu, Saigon), Vi...

Kemajuan Teknologi Informasi 40 tahun terakhir

Image
  Kemajuan teknologi informasi itu sedemikian cepat sehingga sangat memudahkan wartawan dalam bekerja. Sekarang, dengan bermodalkan satu smartphone (telepon pintar) seorang wartawan dapat mengirimkan berita berikut fotonya dalam hitungan detik. Kalau kita mundur 40 tahun ke belakang pada awal tahun 1980-an, proses pengiriman berita memerlukan waktu paling sedikit 30 menit, dan pengiriman foto dilakukan melalui pos kilat yang memerlukan waktu satu sampai dua hari. Kalau ada penerbangan Garuda Indonesia langsung dari kota tempat kita bekerja ke Jakarta, maka kita bisa menitipkannya pada pilot,  dan kurir akan mengambilnya di bandar udara. Mengapa pengiriman berita lama, karena pada awal tahun 1980-an, pengiriman berita dilakukan dengan teleks, yang menggunakan gelombang suara, seperti telegram. Untuk mengirim berita, naskah beritanya harus diketik lebih dulu di mesin teleks sehingga menghasilkan pita khusus selebar 1 sentimeter (cm), yang panjangnya sesuai dengan panjang at...