Kunjungan Clinton ke Jakarta, : Menguping Dialog Perwira AS dan RI
Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton akan berkunjung
ke Jakarta dan Bogor untuk menghadiri Pertemuan Puncak Pemimpin Ekonomi APEC
(Kerja Sama Ekpnomi Asia Pasifik) 13-14 November 1994. Satu hari sebelumnya,
pesawat-pesawat pendukung seperti pesawat angkut besar Lockheed C-5 Galaxy dan
Lockheed C-141 Star Lifter sudah tiba di Jakarta. Yang diturunkan dari kedua
pesawat angkut besar itu, helikopter tempur UH-60A Black Hawk dan 12 mobil, di
antara 9 limousine, termasuk 2 mobil kepresidenan Cadillac Fleetwood.
Helikopter tempur Black Hawk buatan Sikorsky itu memiliki kabin yang luas
sehingga dengan cepat dapat diubah menjadi helikopter medevac (medical
evacuation).
Pada tanggal 13 November 1994, saya ditunjuk kantor (Redaksi
Kompas) untuk meliput kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton di
Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Pesawat Kepresidenan Boeing 747 United States
of America yang membawa Presiden Clinton diperkirakan akan mendarat pukul
22.00.
Seperti biasa, karena yang datang adalah Presiden Negara
Adikuasa, wartawan yang akan meliput harus berada di area dalam Bandara Halim
Perdanakusuma 2 sebelumnya. Dan, pemeriksaan yang harus dilalui wartawan pun ekstra
ketat. Jumlah personel Secret Service (satuan pengamanan Presiden AS) agak
banyak karena Presiden Clinton dijadwalkan akan menghadiri pertemuan puncak
APEC di Jakarta dan Bogor. Aturan yang ada, mengharuskan personel Secret
Service itu didampingi oleh personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Oleh karena yang mendampingi harus dapat berbahasa Inggris, maka
diperbantukanlah perwira-perwira Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang pernah mengikuti
pendidikan di AS.
.Saya sangat gembira diikutsertakan dalam peliputan APEC di
Jakarta dan Bogor itu. Mengingat, pada saat itu, saya tengah bertugas sebagai
Koresponden Kompas di Bangkok dengan
cakupan peliputan Thailand dan Indochina (Kamboja, Laos dan Vietnam). Dengan
dilibatkan dalam peliputan APEC Di Jakarta dan Bogor itu, saya bisa pulang
kampung.
Pada malam itu, wartawan ditempatkan agak di depan agar
mendapatkan pandangan yang jelas ke arah Pesawat Kepresidenan Air Force One
sehingga diharapkan dapat mengabadikan Presiden Clinton pada saat ke luar dari
pesawat, dan menuruni anak tangga, dan berjalan di karpet merah sepanjang lebih
kurang 100 meter dari tangga pesawat sampai Sasana Manggala Praja (Ruang VVIP).
Ingatan mundur ke
masa lalu
Jam menunjukkan pukul 19.30. Oleh karena, waktu yang
tersedia banyak, maka para wartawan duduk-duduk dengan santai di semacam
panggung kayu setinggi 20 sentimeter di atas permukaan lantai, demikian juga
personel Secret Service dan perwira yang mendampingi.
Saya melamun, ingatan saya mundur ke tahun 1969, 26 tahun
lalu. Tepatnya, ke tanggal 27 Juli 1969, ketika saya sebagai siswa Sekolah
Dasar berdiri berjajar bersama teman-teman sekolah di pinggir Jalan Imam Bonjol
sambil mengibar-ngibarkan bendera Merah-Putih kecil dari kertas, menyambut
Presiden AS Richard Nixon yang lewat menggunakan Mobil Kepresidenan dengan atap
terbuka (convertible). Ketika
melewati kami, mobil itu melambat, personel Secret Service melompat turun dari
mobil dan berlari di sisi kiri dan kanan mobil, dan Presiden Nixon serta Ibu
Negara Pat Nixon melambaikan tangan kepada kami sambil tersenyum. Begitu
melewati kami, para pengawal naik ke mobil dan Mobil Kepresidenan melaju
kembali. Sebagai anak-anak saat itu kami sangat gembira dan bangga.
Pada saat Presiden Gerald Ford datang ke Indonesia 4-5
Desember 1975, saya duduk di Sekolah Menengah AS, dan tidak terlibat dengan
kunjungan itu. Dengan demikian, saya tidak memiliki ingatan khusus tentang
kunjungan Presiden AS yang kedua ke Indonesia itu.
Pada tanggal 5 Januari 1983, saya bergabung dengan Harian Kompas. Dan, ketika pada tanggal 29
April-2 Mei 1986, Presiden Ronald Reagan dan Ibu Negara Nancy Reagan mengadakan
kunjungan tidak resmi ke Bali, saya ikut meliputnya. Kunjungan Presiden Reagan
ke Bali itu merupakan kunjungan Presiden AS yang ketiga ke Indonesia.
Kunjungan Presiden AS selalu menarik, mengingat mereka
selalu menggunakan pesawat sendiri, Boeing 747 United States of America. Selain
itu, mereka juga membawa helikopter dan mobil kepresidenan sendiri, yang
diangkut pesawat C-5 Galaxy. Dan, di Bali, Presiden Reagan dikawal personel
perempuan Secret Service, yang dijuluki wartawan sebagai Charlie’s Angels. Nama
judul film AS yang berkisah tentang tiga perempuan jagoan.
Pada saat itu, selain wartawan Kompas yang meliput, juga ikut hadir di Bali, Pemimpin Redaksi yang
juga Pemimpin Umum Harian Kompas
Jakob Oetama. Ia ditemani Frans Seda, eks Menteri Ekonomi yang juga perintis
Harian Kompas. Jakob Oetama berada di
sana sehubungan dengan akan dibukanya secara resmi Hotel Santika Premiere di
Kuta Bali. (Kini, Anvaya Beach Resort Kuta). Peresmiannya dihadiri oleh Duta
Besar AS untuk Indonesia Paul Wolfowitz.
Tiba-tiba ingatan ditarik langsung kembali ke Bandara Halim
Perdanakusuma, ketika salah seorang personel Secret Service bertemu dengan
temannya, perwira Kopassus, yang sama-sama mengikuti Pendidikan di Infantry
Basic Officers Leaders Course di Fort Benning, AS. Keduanya sangat heboh karena
mereka sudah lama tidak bertemu. Keduanya langsung berbagi cerita.
Ternyata sebelum masuk Secret Service, personel itu bergabung
dengan Ranger Regiment, pasukan elite Angkatan Darat AS, dan sempat bertugas di
Irak dalam Perang Teluk I tahun 1991. Ia dengan bersemangat menceritakan
pengalamannya di Irak. Ia mengatakan, suasananya benar-benar menyeramkan. Tidak
boleh kehilangan fokus sedikitpun, ancaman terhadap hidupnya bisa berasal dari
senapan mesin musuh, granat berpelontar roket, atau bom rakitan. Lalu, ia
bertanya kepada temannya, ”Kamu masih di Pasukan Khusus?” Dijawab dengan cepat,
”Masih.” Ditanya lagi, ”Apakah kamu sudah pernah ikut berperang?” Dijawab,
”Sudah. Dua kali. Satu kali di Aceh dan satu kali lagi di Papua (dulu, Irian).”
Lalu perwira AS itu menegaskan, ”Lho maksud saya, perang betulan. Itu kan bukan
perang melawan negara lain. Yang saya tanyakan adalah perang dengan negara yang
memiliki tentara yang terlatih dan memiliki disiplin yang tinggi.” Karena tidak
mau kalah, perwira Kopassus itu dengan cepat menjawab, ”Oh kalau itu memang
belum pernah karena negara kami adalah negara yang cinta damai.”
Air Force One sudah
siap mendarat
Namun, perdebatan itu tak sempat berlanjut. Oleh karena
dikejauhan tampak pesawat kepresidenan Air Force One telah bersiap untuk
mendarat. Tepat pukul 22.25 WIB, The Flying White House yang membawa Presiden
Bill Clinton dan Ibu Negara Hillary Clinton menjejak bumi Indonesia. Di tangga
pesawat, pasangan Clinton disambut oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas,
Gubernur DKI Jakarta Surjadi Soedirdja serta Panglima Kodam Jaya Mayjen
Hendropriyono yang masing-masing didampingi istri.
Dalam perjalanan menuju ruang VIP, Bill Clinton dan Hillary
beberapa kali melambaikan tangan, terutama saat melihat bendera AS
dikibar-kibarkan. Seluruh rombongan Presiden Clinton, termasuk di antaranya
rombongan yang sudah datang terlebih dahulu, berjumlah 1.349 orang. Terdiri
dari pengusaha, pejabat pemerintah, wartawan, serta tenaga pendukung termasuk
petugas-petugas keamanan dan wartawan.
Di teras atas Menara Bandara Halim Perdanakusuma yang
terletak sekitar 60 meter dari Sasana Manggala Praja tampak beberapa penempak
tepat AS berdiri dan berjaga-jaga mengawasi keamanan.
Pada hari yang sama, di Bandara Halim Perdanakusuma juga
tiba Perdana Menteri (PM) Kanada Jean Chretien, PM Australia Paul Keating,
Presiden Cile Eduardo Frei, dan Presiden China Jiang Zemin. Sementara di
Bandara Soekarno-Hatta tiba PM Thailand Chuan Leekpai, PM Singapura Goh Chock
Tong, dan Menteri Keuangan Hongkong Sir Hamish MacLeod.
Pemimpin Ekonomi APEC yang hadir di Bogor, 15 November 1994,
selain yang sudah disebut di atas adalah PM Jepang Tomiichi Murayama, Presiden
Filipina Fidel Ramos, PM Papua Niugini Julius Chan, Sultan Brunei Hassanal
Bolkiah, Presiden Meksiko Carlos Salinas Gortari, Presiden Korea Selatan Kim
Young-sam, PM Malaysia Mahathir Mohamad, PM Selandia Baru Jim Bolger, Menteri Negara
Taiwan Vincent C Siew.
Pada pagi hari, para Pemimpin APEC berangkat dari Jakarta ke Bogor melalui tol Jagorawi. Dan, yang paling keren adalah konvoi Presiden Bill Clinton. Ia menggunakan mobil kepresidenan Cadillac Fleetwood, dan selain menggunakan pengawalan di darat, di udara ia juga dikawal oleh helikopter tempur Black Hawk. Helikopter itu mendarat di tempat pendaratan helikopter di Istana Bogor.
Comments
Post a Comment